Kehebatan Strategi Gayatri dalam Menyatukan Nusantara
Mpu Bharaddah adalah tokoh penting dalam sejarah Jawa yang dikenal karena kutukan yang diyakini dapat merenggut nyawa raja-raja, terutama dari kerajaan Janggala dan Panjalu. Kutukan ini muncul setelah Mpu Bharaddah membelah Jawa menjadi dua bagian, menciptakan batas gaib yang tidak boleh dilanggar. Banyak raja yang berusaha menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut, namun berakhir dengan mengalami nasib tragis, yang menunjukkan kekuatan kutukan itu.
Namun, Gayatri Rajapatni, istri dari pendiri Majapahit, Dyah Wijaya, berhasil mematahkan kutukan tersebut melalui beberapa strategi cerdas. Pertama, ia mengangkat putrinya, Ratu Tribhuwana Tunggadewi, ke atas tahta. Dengan Ratu Tribhuwana di posisi kekuasaan, Gayatri dapat mengarahkan kebijakan politik tanpa harus secara langsung memegang tahta, menciptakan situasi yang diperlukan untuk menghadapi kutukan.
Kedua, Gayatri menunjuk Gajah Mada sebagai patih dan eksekutor utama dalam upaya penyatuan nusantara. Gajah Mada dikenal dengan ikrarnya untuk menyatukan seluruh nusantara di bawah panji Majapahit, dan kehadirannya sebagai pemimpin militer dan politik sangat penting dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kutukan tersebut. Dengan memanfaatkan kekuatan dan pengaruh Gajah Mada, Gayatri dapat melawan kutukan yang mengancam dan mengarahkan kebijakan politik ke arah yang lebih baik.
Ketiga, Gayatri berhasil mengubah politik Majapahit menjadi politik Mandala Nusantara, yang mengedepankan persatuan dan kerjasama antar wilayah. Ini adalah langkah strategis untuk menghindari konflik yang dapat memicu kutukan Mpu Bharaddah. Dengan menciptakan hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain, Gayatri mengurangi kemungkinan terjadinya perang yang dapat mengakibatkan kematian raja.
Setelah kematian Gayatri, masyarakat Majapahit melakukan upacara sraddha untuk memanggil roh Gayatri dan memasukkannya ke dalam arca di Candi Prajnaparamithapuri, yang dibangun di lokasi tugu batas gaib Mpu Bharaddah. Dengan cara ini, makam Gayatri di candi tersebut berfungsi sebagai penghalang terhadap kutukan, yang mengubah makna kutukan menjadi perlindungan.
Gayatri tidak hanya berhasil mematahkan kutukan, tetapi juga menjadikan dirinya sebagai simbol kebijaksanaan dan perlindungan bagi kerajaan melalui kecerdasan dan strategi politiknya.
Penulis: Rahma Ayu Fitrianingsih / X-6 / 31
Komentar
Posting Komentar